Poh Santen, Kisruh pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pileg) tahun ini yang diliputi persoalan Daftar Pemilih Tetap (DPT) sampai masalah tertukarnya surat suara memberikan inspirasi bagi Pemkab Jembrana.
Pemilihan kepala dusun (pilkadus) Pasatan, Pohsanten, Mendoyo yang digelar Kamis (16/4), panitia pemilihan tidak lagi menggunakan sistem contreng namun digantikan dengan sistem sentuh. Dengan sistem ini, pemilih tidak lagi memerlukan surat suara tetapi cukup menyentuh salah satu foto calon pilihannya yang muncul di layar sentuh (touch screen).
Pantauan beritabali.com di lokasi pemilihan, untuk dapat memberikan suaranya dalam Pilkadus yang menampilkan 2 calon masing-masing Gusti Ngurah Putu Sumberdana dan I Ketut Sarna, pemilih cukup datang ke TPS dengan membawa J-Id yakni kartu tanda penduduk (KTP) Jembrana yang sudah terintegrasi dengan sistem SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan).
Kartu tersebut diserahkan di meja pendaftaran untuk diverifikasi dengan meletakkan J-Idnya di card reader. Tidak lebih dari sepuluh detik, di layar monitor tampil identitas pemilih. Kalau lolos verifikasi, pemilih dipersilahkan masuk ke bilik suara.
Di bilik suara pemilih kembali meletakkan J-Idnya pada card reader untuk menampilkan foto calon kadus. Untuk memilih, pemilih tinggal menyentuh calon pilihannya maka suaranya sudah tercatat. Sedangkan di luar bilik suara, seperangkat layar lebar menampilkan diagram perbandingan antara pemilih yang sudah memilih dan yang belum. Angka pada diagram tersebut akan berubah otomatis setiap ada pemilih yang telah memberikan suaranya.
Proses pemilih memberikan suaranya tidak lebih dari 1 menit sehingga 355 pemilih berhasil dituntaskan dalam waktu 1,5 jam saja dengan mengerahkan 3 bilik suara. Tepat pukul 12.00 Wita, kepala dusun terpilih sudah bisa diketahui, yakni Sumberdana dengan meraup 219 suara, sedangkan Sarta hanya berhasil meraup 102 suara. Sedangkan jumlah pemilih yang abstain sebanyak 34 orang.
Bupati Jembrana, I Gede Winasa yang ikut menyaksikan pilkadus ini mengatakan sistem ini memiliki banyak keunggulan terutama dari sisi efisiensi. “Kertas, tenaga dan waktu jelas bisa lebih efisien dengan sistem ini. Mungkin efisiensinya lebih dari 75 persen ketimbang yang manual. Akurasinyapun bisa dijamin karena semuanya sudah computerized,” katanya.
Winasa juga menjamin tidak akan ada pemilih dobel karena akan ditolak saat verifikasi di bilik suara. “Tidak mungkin akan bisa milih dua kali karena saat di bilik suara sudah ditolak,” terangnya.
Sementara itu anggota KPUD Bali, Dewa Wiarsa Raka Sandi yang ikut menyaksikan jalannya pelaksanaan pilkadus ini mengakui sistem ini merupakan sistem yang baik dan bisa terus dikembangkan.
“Ini sistem yang baik nanti akan coba kita sampaikan kepada lembaga pelaksana Pemilu,” ujarnya. Namun, di sisi lain Wiarsa mengungkapkan pihaknya masih melakukan kajian terkait efisiensi yang dapat ditimbulkan dengan menggunakan sistem ini. “Kendalanya kalau dipakai saat pilkada kan membutuhkan banyak peralatan nanti coba kita kaji dulu sejauh mana efisiensinya jika dibandingkan dengan menggunakan cara manual,” terangnya.
klik sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar